Sabtu, 11 Agustus 2012

Cerpenku: Renatha

Mosi mosi. . . .
Ini adalah postingan pertamaku. Awalnya bingung mau coba di isi apa ini blog. So, buat permulaan aku kasih cerpen yang pernah aku buat waktu SMA de. Selamat menikmati. . .


Renatha
M
alam ini benar – benar membosankan. Tidak ada PR yang harus di kerjakan, mau belajar rasanya enggan, juga tidak ada film bagus yang bisa di tonton. Benar – benar bikin bete. Tapi saat–saat seperti ini juga sangat cocok buat melamun karena diluar bulan sedang terang–terangnya tanpa ada satu awan pun yang bisa menghalanginya memantulkan cahaya matahari dengan sempurna. Apalagi anak–anak bintang sedang bercengkerama dengan akrab membiaskan cahayanya yang indah berkilauan. Makanya sekarang ini Rena lagi asyik melamun sambil menikmati indahnya langit malam dari kamarnya. Sampai tiba–tiba bunyi handphone membuyarkannya dari indahnya dunia khayalan.
Klik.
“ Hallo ”
“…”
“Assalammualaikum.”
“…”
“ Met malem.”
“. . .”
“ Ini siapa sich??? Kok dari tadi aku salamin nggak dibalas – balas, niat nelpon nggak sich???” kata Rena sebal campur kesel.
“ Walaikumsalam. Maaf ya bukannya bermaksud nggak jawab salammu hanya saja aku masih bingung nich,” jawab suara diseberang.
“Ini orang aneh banget deh mau jawab salam aja pake acara bingung segala,” batin Rena.
“ By the way ini siapa ya???” tanya suara diseberang.
“ Maaf bukannya nggak mau jawab pertanyaan kamu. Hanya saja bukannya orang yang nelpon duluan itu harus ngenalin diri dulu. Kan itu peraturannya.”
“ Peraturan dari mana? kok aku nggak pernah baca tuh di kitab hukum manapun,” jawab suara diseberang diselingi tawa sepertinya.
“ Ini konvensi jadi nggak tertulis,” jawab Rena sekenanya
“ OK,OK aku kenalin diri dulu. Namaku Andre. Kamu??”
“ Rena”
“ Kelas berapa???”
“ Ingat peraturannya kan ???” kata Rena.
“ Oh ya, maaf deh. Aku kelas 3 SMA. Anak Malang. Dan aku dapat nomer kamu iseng–iseng soalnya nomer kita belakangnya sama kalau kamu ingin tahu. Tadi aku Cuma nyoba ada nggak nomer yang belakangnya sama kanyak nomerku. eh ternyata ada”.
Itulah awal perkenalan Rena dengan kak Andre. Sejak itu dia sering nelpon Rena dan mereka semakin akrab. Kak Andre juga yang ngajarin Rena bahasa inggris. Ia mendrilnya agar bahasa inggrisnya bisa lancar. Dia juga netapin hari kamis sebagai English day yang mengharuskannya ngomong bahasa inggris kalau mau telpon atau sms dia.
Awalnya Rena kesulitan saat English day ini. Sampai–sampai Rena pernah matiin Hpnya sepanjang hati agar kak Andre nggak nelpon ato sms dia. Tapi berkat ketelatenan, kesabaran serta kedisiplinan dan ketegasan kak Andre akhirnya dalam waktu kurang dari 3 bulan Rena sudah mulai lancar ngomong bahasa inggris. Seneng deh. Dan sekarang kak Andre lagi ngajarin Rena bahasa Perancis, tapi bahasa satu ini susahnya minta ampun. Lidahnya jadi sering melilit karenanya..tapi belajar bahasa ke kak Andre benar–benar ngirit uang buat les bahasa he…he…he.
Minggu depan setelah hampir 6 bulan kenal sama kak Andre, akhirnya mereka akan bertemu. Dan sekarang ini Rena lagi seru–serunya ngerencanain minggu depan sama Netha dikantin sekolah. Doi adalah sahabat Rena sejak kecil. Meski kadang–kadang dia suka belagak sok bijak dan nasehatin ini itu, tapi jilbaber satu ini adalah sahabat terbaik yang ia punya. Dan hanya dia yang bisa dipercaya untuk dengerin semua ceritanya.
“ Net, kamu ikut nggak minggu depan ketemu kak Andre??” Tanya Rena ke Netha.
“ Nggak ah. Aku nggak mau ganggu acaramu sama kakakmu tersayang itu,” jawab Netha dengan senyum jahil.
“ Apaan sich Net. Aku kan cuma ketemu biasa aja sama kak Andre. Hitung–hitung terima kasih karena selama ini udah ngajarin aku banyak hal.”
“ Iya juga karena mau dengan ikhlas dan gratis ngajarin kamu bahasa inggris plus bahasa jepang,” celoteh Netha lagi masih dengan senyum jahil diwajahnya.
“ Yeah. Resé Loe,” kata Rena sambil nglempar Netha pake sedotan tapi nggak kena abis sedotan terlalu ringan. Kebawa angin deh.
“ Iya maaf. Ngomong–ngomong gimana kamu tahu yang mana kak Andre?? Emangnya ketemuan dimana sich?? O ya klo kak Andre jelek gimna? Masih suka nggak?”
“ Ketemu di kafe Pelangi. Dan aku pasti tahu kak Andre yang mana soalnya dia kan pernah kirim foto. Dan aku nggak pernah masalahin tampang tahu. Udah ah masuk yuk loncengnya udah mengaung–ngaung tuch,” Kata Rena sambil berdiri dan berjalan ke kelas, bareng Netha tentunya.
Hari yang di nanti pun tiba. Sungguh hari Minggu yang cerah dan sangat cocok buat nemenin aku ketemu kak Andre. Tapi dasar Renanya yang hanya bisa “just in time” kalau lagi janjian, makanya saat sudah sampai di kafe pelangi bukannya dia yang nunggu kak Andre malah kak Andre yang menemukannnya. Padahalkan ia tuan rumahnya.
Meski begitu hari ini tetap berjalan menyenangkan. Kak Andre benar-benar mirip di foto yang dikirimnya. Cakep, putih, dan terlihat smart. Kak Andre cukup tinggi mungkin tingginya lebih sedikit dari 165 cm soalnya saat mereka jalan berdampingan tinggi mereka hampir sama. Tapi seperti biasa waktu berjalan dengan cepat saat kita bersenang – senang. Dan pagi pun telah berganti senja. Saat perpisahan Rena dengan Kak Andre.
Malamnya Rena langsung menelpon Netha.
“Netha aku senang banget deh hari ini berjalan hampir sempurna,” Kata Rena bersemangat.
“ Waalaikum salam Ren,”
“ Ups Sorry. Assalamualaikum Netha.”
“ Waalaikum salam. Ya udah sekarang cerita gimana kencanmu sama kak Andre kok cuma berjalan hampir sempurna sich,” kata Netha nggak kalah semangatnya.
“ Kok kencan sih kita kan cuma ketemu doang. Lagi pula hari ini baru sempurna kalau aku sudah crita sama kamu Net. Ini kan belom jadi hampir sempurna dech.”
“ O gitu ya.”
“ Kok Cuma gitu sich tanggepannya. Tapi ya sudah lah hari ini menyenangkan tadi kita jalan – jalan nonton, dan..Oh ya tadi kak Andre sempet tanya kalung yang aku pake tu namaku bukan? Trus aku ceritain saja kalau itu adalah nama kita Rena + Netha jadinya Renatha deh”
“ Masak sich??? By the way kenapa nggak boleh di bilang kencan sich, kamu kan suka sama dia, ya kan???”
“ Auk ah. Kita lanjutin besok aja ya mau bobok nich.”
“ kog tiba–tiba?? Kenapa omonganku ada yang salah???”
“ Waalaikum salam,” kata Rena. Setelah itu Rena menutup teleponnya tanpa peduli Netha yang kebingungan di seberang sana. Kerena sepanjang sisa malam ini pun ia terus mikirkan perkataan Netha. Apakah aku suka sama kak Andre???.
Setelah pertemuan perdana dengan kak Andre tempo hari, Rena jadi sering ketemu kak Andre lagi sesudahnya. Bahkan Rena juga sudah ngenalin kak Andre dengan sobat terbaiknya Netha dan tentunya Rena juga ngenalin Netha sama kak Andre.
Beberapa minggu setelah pertemuan terakhirnya dengan kak Andre tiba–tiba sesuatu yang mengejutkan terjadi. Malam itu kak Andre nelpon Rena seperti biasa.
“ Assalamualaikum Ren “ sapa kak Andre di telepon.
“ Waalaikum sallam. What’s up bro??”
“ Aku ingin cerita nich.”
“ excuse me”
“ Ren, I know is english day. But please I want to tell you something. Is special and urgent,” kata kak Andre dengan nada sedikit melas.
“ Cerita aja Rena dengerin kok.”
“ Gini kamu tahukan selama ini aku berusaha nyari beasiswa ke Paris.”
“ Terus.”
“ Akhirnya pengajuan beasiswaku diterima Ren dan rencananya 3 bulan lagi aku akan berangkat kesana,” kata kak Andre menggebu–gebu.
“ Wahhh selamat ya kak . Aku tahu koq kalau kak Andre pasti bisa dapat beasiswa itu. Rena ikutan senang deh,” kata Rena ikut–ikutan bahagia dan bersemangat. Kak Andre memang selalu cerita kalu dia ingin ambil beasiwa ke Paris. Makanya, bahasa Inggris dan Perancisnya hamper tanpa cela.
“ Tapi yang paling menyenangkan lagi karena aku akan kesana sama Silvia dia juga dapat beasiswa kesana ”
“ Silvia???” tanya Rena bingung.
“ Ohhh, aku belum cerita ya. Silvia itu orang yang aku suka sejak lama dan akhirnya minggu kemarin kita jadian. Dan Ren jangan lupa antar aku ke bandara 3 bulan lagi ya?? Aku tunggu loh.”
Seakan disambar petir tiba–tiba Rena seperti kehilangan pegangan dan memutuskan mengakhiri pembicaraan ini. Untuk sejenak menerna apa yang barusan di katakan kak Andre.
Dan semenjak itu kak Andre sangat jarang nelpon Rena bahkan sekedar sms pun tidak. Dan itu membuatnya terpukul. Sangat– sangat terpukul. Karena Rena sadar kalau sesungguhnya ia menyukainya seperti kata Netha. Karena sedih yang berlarut–larut ini membuat kesehatannya menurun. Itu membuat keluarganya bingung dan sedih.
Sebagai sahabat yang baik Netha selalu mensupport Rena dan menghiburnya. Netha selalu membuat Rena menyibukkan diri, salah satunya dengan mulai mengajak Rena kepengajian ataupun mengikuti acara keagamaan seperti yang biasa dilakukannya. Dan Entah mengapa semua itu membuat Rena nyaman dan tegar. Dan Rena pun menemukan kembali apa yang telah lama hilang. Hatinya.  
3 bulanpun berlalu. Seperti yang dijadwalkan, besok kak Andre harus berangkat ke Paris. Suasana hati Rena telah membaik bahkan lebih baik dari sebelumnya. Tapi Rena masih belum sanggup bertemu kak Andre. Akhirnya Rena memutuskan untuk menyuruh Netha bertemu kak Andre dan menyampaikan surat yang telah ditulisnya buat kak Andre. Dan Netha pun menyanggupi permintaan sahabatnya itu. Dia pun pergi ke bandara buat bertemu kak Andre dan menyampaikan surat itu padanya.
“ Kak Andre,” teriak Netha sambil setengah berlari menuju tempat kak Andre tengah berdiri.
Disana kak Andre di antar sama keluarga dan beberapa temannya.
“ Netha. Rena mana???”
“ Rena di rumah dia nggak bisa ikut nganter makanya aku kesini.”
“ Emangnya Rena kenapa Net???”
“ Kak Andre nanti juga tahu sendiri kok. Disini saya cuma disuruh nganterin surat ini,” kata Netha sambil nyerahin surat Rena ke kak Andre.
“ Ini apa???” tanya kak Andre setelah menerima surat dari tangan Netha.
“ Itu surat dari Rena. Dan sebaiknya kak Andre membacanya nanti saja saat di pesawat. Atau kalau sudah sampai di Paris juga boleh. Pokoknya jangan di buka sekarang. Mengerti.”
“ Dre, pesawat kamu sudah mau berangkat sebaiknya kamu cepat pergi,” tegur seseorang yang sepertinya Papanya kak Andre.
“ Ya Pa,” jawab kak Andre ke Papanya.
“ Sudahlah sebaiknya kak Andre sekarang berangkat pesawatnya sudah akan take off kan. Hati–hati saja dijalan ya kak,” kata Netha.
“ Thaks ya Net, dan tolong sampaikan salamku ke Rena juga ucapan maafku kalau aku punya salah,” kata kak Andre. Setelah itu dia mengambil tasnya dan mengajak seorang gadis untuk berangkat dan berpamitan pada semua yang mengantarnya dan gadis itu. Sepertinya itu Silvia, pacar kak Andre sperti yang di katakana Rena. Karena mereka terlihat mesra bahkan kak Andre menggandengnya saat berjalan.
“ Oh ya kak,” sela Netha setengah berteriak sebelum Andre benar-benar pergi. “ Aku Cuma ingin bilang. Memang kita baru akan menyadari bila sesuatu itu sangat-sangat berharga bagi kita saat kita telah benar–benar kehilanggannya. Tapi, apakah kita harus menunggu untuk benar- benar kehilangan agar kita yakin bahwa ialah yang paling berharga untuk kita???” kata – kata Netha itu mengiringi kepergian kak Andre.
Kak Andre mendengar apa yang diucapkan Netha, tapi dia tidak mengerti apa maksudnya. Dia hanya melambaikan tangannya pada semua yang mengantar, tapi wajah dan pikirannya penuh tanya. Ketika di pesawat kak Andre membuka amplop biru titipan Rena, dan mulai membaca isinya.

Assalamualaikum. . .
Hari demi hari telah kita jalani bersama. Hingga tak terasa benih – benih cinta terbawa hingga ke relung hatiku. Hatiku yang awalnya damai terusik oleh benih baru yang semakin lama semakin tumbuh dengan indahnya di hatiku. Hingga angin yang lebih dasyat menghujam hatiku hingga tanaman itu rusak . Tapi tak pernah mati. Awalnya hati ini goyah seiring rusaknya tanaman itu. Tapi berkat dukungan kuat tanaman – tanaman lain hati inipun tak jadi goyah. Bahkan bisa tegak seperti sedia kala atau bahkan mungkin lebih kuat dari sebelumnya. Dan sesungguhnya hati inipun telah menemukan cintanya yanh lain, cinta yang lebih haqiqi dan abadi dari sebelumnya. Cinta kepada ALLAH SWT yang selalu bisa menenangkan dan takkan pernah mengecewakan. Tapi, seandainya cinta ini berkenan dan memang untukku aku akan menunggunya. Menunggunya kembali memenuhi hatiku seperti sedia kala.

                                                        Salam hangat, adikmu tersayang

                                                                             Rena

Dan saat itu, bersamaan dengan angin yang membentur badan pesawat dan gumpalan – gumpalan awan diluar jendela pesawat, kak Andre mulai ragu dengan perasaanya. Dan kata – kata terakhir Netha di bandara terus berputar – putar dikepalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar