Mosi mosi. . . .
Ini adalah postingan pertamaku. Awalnya bingung mau coba di isi apa ini blog. So, buat permulaan aku kasih cerpen yang pernah aku buat waktu SMA de. Selamat menikmati. . .
Renatha
alam ini benar – benar membosankan. Tidak ada PR yang harus di
kerjakan, mau belajar rasanya enggan, juga tidak ada film bagus yang bisa di
tonton. Benar – benar bikin bete. Tapi saat–saat seperti ini juga sangat cocok
buat melamun karena diluar bulan sedang terang–terangnya tanpa ada satu awan pun
yang bisa menghalanginya memantulkan cahaya matahari dengan sempurna. Apalagi
anak–anak bintang sedang bercengkerama dengan akrab membiaskan cahayanya yang
indah berkilauan. Makanya sekarang ini Rena lagi asyik melamun sambil menikmati
indahnya langit malam dari kamarnya. Sampai tiba–tiba bunyi handphone
membuyarkannya dari indahnya dunia khayalan.
Klik.
“ Hallo ”
“…”
“Assalammualaikum.”
“…”
“ Met malem.”
“. . .”
“ Ini siapa sich??? Kok dari tadi aku salamin nggak dibalas – balas,
niat nelpon nggak sich???” kata Rena sebal campur kesel.
“ Walaikumsalam. Maaf ya bukannya bermaksud nggak jawab salammu
hanya saja aku masih bingung nich,” jawab suara diseberang.
“Ini orang aneh banget deh
mau jawab salam aja pake acara bingung segala,” batin Rena.
“ By the way ini siapa ya???” tanya suara diseberang.
“ Maaf bukannya nggak mau jawab pertanyaan kamu. Hanya saja bukannya
orang yang nelpon duluan itu harus ngenalin diri dulu. Kan itu peraturannya.”
“ Peraturan dari mana? kok aku nggak pernah baca tuh di kitab hukum
manapun,” jawab suara diseberang diselingi tawa sepertinya.
“ Ini konvensi jadi nggak tertulis,” jawab Rena sekenanya
“ OK,OK aku kenalin diri dulu. Namaku Andre. Kamu??”
“ Rena”
“ Kelas berapa???”
“ Ingat peraturannya kan
???” kata Rena.
“ Oh ya, maaf deh. Aku kelas 3 SMA. Anak Malang. Dan aku dapat nomer
kamu iseng–iseng soalnya nomer kita belakangnya sama kalau kamu ingin tahu.
Tadi aku Cuma nyoba ada nggak nomer yang belakangnya sama kanyak nomerku. eh ternyata
ada”.
Itulah awal perkenalan Rena dengan kak Andre. Sejak itu
dia sering nelpon Rena dan mereka semakin akrab. Kak Andre juga yang ngajarin
Rena bahasa inggris. Ia mendrilnya agar bahasa inggrisnya bisa lancar. Dia juga
netapin hari kamis sebagai English day yang mengharuskannya ngomong bahasa
inggris kalau mau telpon atau sms dia.
Awalnya Rena kesulitan saat English day ini. Sampai–sampai
Rena pernah matiin Hpnya sepanjang hati agar kak Andre nggak nelpon ato sms dia.
Tapi berkat ketelatenan, kesabaran serta kedisiplinan dan ketegasan kak Andre
akhirnya dalam waktu kurang dari 3 bulan Rena sudah mulai lancar ngomong bahasa
inggris. Seneng deh. Dan sekarang kak Andre lagi ngajarin Rena bahasa Perancis,
tapi bahasa satu ini susahnya minta ampun. Lidahnya jadi sering melilit
karenanya..tapi belajar bahasa ke kak Andre benar–benar ngirit uang buat les
bahasa he…he…he.
Minggu depan setelah hampir 6 bulan kenal sama kak
Andre, akhirnya mereka akan bertemu. Dan sekarang ini Rena lagi seru–serunya
ngerencanain minggu depan sama Netha dikantin sekolah. Doi adalah sahabat Rena sejak
kecil. Meski kadang–kadang dia suka belagak sok bijak dan nasehatin ini itu,
tapi jilbaber satu ini adalah sahabat terbaik yang ia punya. Dan hanya dia yang
bisa dipercaya untuk dengerin semua ceritanya.
“ Net, kamu ikut nggak minggu depan ketemu kak Andre??” Tanya Rena
ke Netha.
“ Nggak ah. Aku nggak mau ganggu acaramu sama kakakmu tersayang itu,”
jawab Netha dengan senyum jahil.
“ Apaan sich Net. Aku kan cuma ketemu biasa aja sama kak Andre.
Hitung–hitung terima kasih karena selama ini udah ngajarin aku banyak hal.”
“ Iya juga karena mau dengan ikhlas dan gratis ngajarin kamu bahasa
inggris plus bahasa jepang,” celoteh Netha lagi masih dengan senyum jahil
diwajahnya.
“ Yeah. Resé Loe,” kata Rena sambil nglempar Netha pake sedotan tapi
nggak kena abis sedotan terlalu ringan. Kebawa angin deh.
“ Iya maaf. Ngomong–ngomong gimana kamu tahu yang mana kak Andre??
Emangnya ketemuan dimana sich?? O ya klo kak Andre jelek gimna? Masih suka nggak?”
“ Ketemu di kafe Pelangi. Dan aku pasti tahu kak Andre yang mana
soalnya dia kan
pernah kirim foto. Dan aku nggak pernah masalahin tampang tahu. Udah ah masuk
yuk loncengnya udah mengaung–ngaung tuch,” Kata Rena sambil berdiri dan berjalan
ke kelas, bareng Netha tentunya.
¶¶¶
Hari yang di nanti pun tiba. Sungguh hari Minggu yang
cerah dan sangat cocok buat nemenin aku ketemu kak Andre. Tapi dasar Renanya
yang hanya bisa “just in time” kalau lagi janjian, makanya saat sudah sampai di
kafe pelangi bukannya dia yang nunggu kak Andre malah kak Andre yang
menemukannnya. Padahalkan ia tuan rumahnya.
Meski begitu hari ini tetap berjalan menyenangkan. Kak
Andre benar-benar mirip di foto yang dikirimnya. Cakep, putih, dan terlihat
smart. Kak Andre cukup tinggi mungkin tingginya lebih sedikit dari 165 cm
soalnya saat mereka jalan berdampingan tinggi mereka hampir sama. Tapi seperti
biasa waktu berjalan dengan cepat saat kita bersenang – senang. Dan pagi pun
telah berganti senja. Saat perpisahan Rena dengan Kak Andre.
Malamnya Rena langsung menelpon Netha.
“Netha aku senang banget deh hari ini berjalan hampir sempurna,” Kata
Rena bersemangat.
“ Waalaikum salam Ren,”
“ Ups Sorry. Assalamualaikum Netha.”
“ Waalaikum salam. Ya udah sekarang cerita gimana kencanmu sama kak Andre
kok cuma berjalan hampir sempurna sich,” kata Netha nggak kalah semangatnya.
“ Kok kencan sih kita kan
cuma ketemu doang. Lagi pula hari ini baru sempurna kalau aku sudah crita sama
kamu Net. Ini kan
belom jadi hampir sempurna dech.”
“ O gitu ya.”
“ Kok Cuma gitu sich tanggepannya. Tapi ya sudah lah hari ini
menyenangkan tadi kita jalan – jalan nonton, dan..Oh ya tadi kak Andre sempet
tanya kalung yang aku pake tu namaku bukan? Trus aku ceritain saja kalau itu
adalah nama kita Rena + Netha jadinya Renatha deh”
“ Masak sich??? By the way kenapa nggak boleh di bilang kencan sich,
kamu kan suka sama dia, ya kan???”
“ Auk ah. Kita lanjutin besok aja ya mau bobok nich.”
“ kog tiba–tiba?? Kenapa omonganku ada yang salah???”
“ Waalaikum salam,” kata Rena. Setelah itu Rena menutup teleponnya
tanpa peduli Netha yang kebingungan di seberang sana. Kerena sepanjang sisa
malam ini pun ia terus mikirkan perkataan Netha. Apakah aku suka sama kak
Andre???.
¶¶¶
Setelah pertemuan perdana dengan kak Andre tempo hari,
Rena jadi sering ketemu kak Andre lagi sesudahnya. Bahkan Rena juga sudah
ngenalin kak Andre dengan sobat terbaiknya Netha dan tentunya Rena juga
ngenalin Netha sama kak Andre.
Beberapa minggu setelah pertemuan terakhirnya dengan kak
Andre tiba–tiba sesuatu yang mengejutkan terjadi. Malam itu kak Andre nelpon
Rena seperti biasa.
“ Assalamualaikum Ren “ sapa kak Andre di telepon.
“ Waalaikum sallam. What’s up bro??”
“ Aku ingin cerita nich.”
“ excuse me”
“ Ren, I know is english day. But please I want to tell you
something. Is special and urgent,” kata kak Andre dengan nada sedikit melas.
“ Cerita aja Rena dengerin kok.”
“ Gini kamu tahukan selama ini aku berusaha nyari beasiswa ke Paris.”
“ Terus.”
“ Akhirnya pengajuan beasiswaku diterima Ren dan rencananya 3 bulan
lagi aku akan berangkat kesana,” kata kak Andre menggebu–gebu.
“ Wahhh selamat ya kak . Aku tahu koq kalau kak Andre pasti bisa
dapat beasiswa itu. Rena ikutan senang deh,” kata Rena ikut–ikutan bahagia dan
bersemangat. Kak Andre memang selalu cerita kalu dia ingin ambil beasiwa ke
Paris. Makanya, bahasa Inggris dan Perancisnya hamper tanpa cela.
“ Tapi yang paling menyenangkan lagi karena aku akan kesana sama Silvia
dia juga dapat beasiswa kesana ”
“ Silvia???” tanya Rena bingung.
“ Ohhh, aku belum cerita ya. Silvia itu orang yang aku suka sejak
lama dan akhirnya minggu kemarin kita jadian. Dan Ren jangan lupa antar aku ke
bandara 3 bulan lagi ya?? Aku tunggu loh.”
Seakan disambar petir tiba–tiba Rena seperti kehilangan
pegangan dan memutuskan mengakhiri pembicaraan ini. Untuk sejenak menerna apa
yang barusan di katakan kak Andre.
Dan semenjak itu kak Andre sangat jarang nelpon Rena bahkan
sekedar sms pun tidak. Dan itu membuatnya terpukul. Sangat– sangat terpukul. Karena
Rena sadar kalau sesungguhnya ia menyukainya seperti kata Netha. Karena sedih
yang berlarut–larut ini membuat kesehatannya menurun. Itu membuat keluarganya
bingung dan sedih.
Sebagai sahabat yang baik Netha selalu mensupport Rena
dan menghiburnya. Netha selalu membuat Rena menyibukkan diri, salah satunya
dengan mulai mengajak Rena kepengajian ataupun mengikuti acara keagamaan
seperti yang biasa dilakukannya. Dan Entah mengapa semua itu membuat Rena
nyaman dan tegar. Dan Rena pun menemukan kembali apa yang telah lama hilang.
Hatinya.
3 bulanpun berlalu. Seperti yang dijadwalkan, besok kak
Andre harus berangkat ke Paris. Suasana hati Rena telah membaik bahkan lebih
baik dari sebelumnya. Tapi Rena masih belum sanggup bertemu kak Andre. Akhirnya
Rena memutuskan untuk menyuruh Netha bertemu kak Andre dan menyampaikan surat
yang telah ditulisnya buat kak Andre. Dan Netha pun menyanggupi permintaan
sahabatnya itu. Dia pun pergi ke bandara buat bertemu kak Andre dan
menyampaikan surat
itu padanya.
“ Kak Andre,” teriak Netha sambil setengah berlari menuju tempat kak
Andre tengah berdiri.
Disana kak Andre di antar sama keluarga dan beberapa temannya.
“ Netha. Rena mana???”
“ Rena di rumah dia nggak bisa ikut nganter makanya aku kesini.”
“ Emangnya Rena kenapa Net???”
“ Kak Andre nanti juga tahu sendiri kok. Disini saya cuma disuruh
nganterin surat ini,” kata Netha sambil nyerahin surat Rena ke kak Andre.
“ Ini apa???” tanya kak Andre setelah menerima surat dari tangan Netha.
“ Itu surat
dari Rena. Dan sebaiknya kak Andre membacanya nanti saja saat di pesawat. Atau
kalau sudah sampai di Paris juga boleh. Pokoknya jangan di buka sekarang.
Mengerti.”
“ Dre, pesawat kamu sudah mau berangkat sebaiknya kamu cepat pergi,”
tegur seseorang yang sepertinya Papanya kak Andre.
“ Ya Pa,” jawab kak Andre ke Papanya.
“ Sudahlah sebaiknya kak Andre sekarang berangkat pesawatnya sudah
akan take off kan. Hati–hati saja dijalan ya kak,” kata Netha.
“ Thaks ya Net, dan tolong sampaikan salamku ke Rena juga ucapan
maafku kalau aku punya salah,” kata kak Andre. Setelah itu dia mengambil tasnya
dan mengajak seorang gadis untuk berangkat dan berpamitan pada semua yang
mengantarnya dan gadis itu. Sepertinya itu Silvia, pacar kak Andre sperti yang
di katakana Rena. Karena mereka terlihat mesra bahkan kak Andre menggandengnya
saat berjalan.
“ Oh ya kak,” sela Netha setengah berteriak sebelum Andre benar-benar
pergi. “ Aku Cuma ingin bilang. Memang kita baru akan menyadari bila sesuatu
itu sangat-sangat berharga bagi kita saat kita telah benar–benar
kehilanggannya. Tapi, apakah kita harus menunggu untuk benar- benar kehilangan
agar kita yakin bahwa ialah yang paling berharga untuk kita???” kata – kata
Netha itu mengiringi kepergian kak Andre.
Kak Andre mendengar apa yang diucapkan Netha, tapi dia
tidak mengerti apa maksudnya. Dia hanya melambaikan tangannya pada semua yang
mengantar, tapi wajah dan pikirannya penuh tanya. Ketika di pesawat kak Andre
membuka amplop biru titipan Rena, dan mulai membaca isinya.
Assalamualaikum. . .
Hari demi hari telah kita jalani
bersama. Hingga tak terasa benih – benih cinta terbawa hingga ke relung hatiku.
Hatiku yang awalnya damai terusik oleh benih baru yang semakin lama semakin
tumbuh dengan indahnya di hatiku. Hingga angin yang lebih dasyat menghujam
hatiku hingga tanaman itu rusak . Tapi tak pernah mati. Awalnya hati ini goyah
seiring rusaknya tanaman itu. Tapi berkat dukungan kuat tanaman – tanaman lain
hati inipun tak jadi goyah. Bahkan bisa tegak seperti sedia kala atau bahkan
mungkin lebih kuat dari sebelumnya. Dan sesungguhnya hati inipun telah
menemukan cintanya yanh lain, cinta yang lebih haqiqi dan abadi dari
sebelumnya. Cinta kepada ALLAH SWT yang selalu bisa menenangkan dan takkan
pernah mengecewakan. Tapi, seandainya cinta ini berkenan dan memang untukku aku
akan menunggunya. Menunggunya kembali memenuhi hatiku seperti sedia kala.
Salam hangat,
adikmu tersayang
Rena
Dan saat itu, bersamaan dengan angin yang membentur
badan pesawat dan gumpalan – gumpalan awan diluar jendela pesawat, kak Andre
mulai ragu dengan perasaanya. Dan kata – kata terakhir Netha di bandara terus
berputar – putar dikepalanya.